Untuk mengembangkan ekosistem teknopreneur di Indonesia, Gerakan 1000 Startup Digital kembali mengadakan Ignition untuk kedua kalinya. Gerakan ini menurut Yansen Kamto, CEO Kibar, menjadi permulaan untuk membangun ekosistem startup digital di Indonesia. “Jangan ngomong Silicon Valley dululah, mereka sudah mulai dari tahun 1960. Kita baru mengembangkan ekosistem. Di Stanford di San Francisco, mahasiswanya kalau ngga punya startup itu ngga keren,” tuturnya saat ditemui di gelaran Ignition 1000 Startup Digital tahap 2 yang digelar Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Minggu (28/8).
Harapannya, dengan 1000 Startup Digital dijadikan gerakan nasional, bisa menularkan virus entrepreneur ini juga di Indonesia. “Misalnya kalau temen jualan pulsa, Anda kepengen juga ngga jualan pulsa?” jelasnya lagi. Meski demikian, Yansen mengakui bahwa jalan untuk menjadi serorang entrepreneur tidaklah mudah. “Maka dari itu disini kita menempa mereka. Ada lima tahapan yang harus dilalui agar mereka dan perusahaannya siap,” tambahnya. Lima tahap yang harus mereka lalui adalah Ignition, Workshop, Hackaton, Bootcamp, dan Inkubasi, seperti disebutkan oleh Andreas Senjaya, CEO iGrow .
Pada tahap Ignition, peserta mengikuti seminar mengenai kewirausahaan terutama mengenai startup digital. Peserta bisa melanjutkan materi yang lebih dalam dengan mengikuti Workshop untuk mendapat pembekalan mengenai bagaimana membangun startup. Selanjutnya dilaksanakan Hackaton agar mereka bisa membuat prototipe produk dan layanan yang ingin dibangun. Selanjutnya dilakukan Bootcamp dan Inkubasi agar perusahaan teknologi ini semakin kuat.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), perkembangan teknopreneur di Indonesia sejak tahun 2014 masih tergolong lambat. Tercatat baru 1,56 persen teknopreneur yang ada dari total penduduk Indonesia. Angka ini tertinggal jauh ketimbang Singapura (7%), Tiongkok dan Jepang (10%). Maka dengan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital ini diharapkan bisa meningkatkan angka entrepreneur di Indonesia.
Untuk itu, ada beberapa gagasan yang disampaikan pada Ignition Jakarta tahap 2 ini. Menurut Andreas, teknopreneur harus fokus untuk menciptakan solusi. “Jangan fokus pada materi, tapi fokus pada penciptaan solusi inovatif yang bisa memberikan manfaat bagi banyak orang,” tuturnya.
Selain itu, founder startup juga membutuhkan kolaborasi. “Jangan kerja sendiri, cari mitra untuk diajak kolaborasi,” jelas co-founder Tokopedia, Leontius Alpha Edison. Hal ini juga dirasakan Andreas, perusahaannya bergerak dibidang teknologi untuk pertanian. Untuk menjalankan usahanya, Andreas yang punya latar teknologi berpartnernya dengan ia yang punya latar pertanian.